-->

Pesona Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut Barito Utara

Menjelajah kawasan Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut di Kabupaten Barito Utara yang masih alami ini memang menjanjikan sensasi tersendiri. Di kawasan hutan lindung tersebut terdapat barisan pegunungan yang alami di antaranya Gunung Tangur dengan bukit batu kapur sebagai tempat berkembangnya 83 sarang lebah madu, juga Bukit Sowai, yang memiliki keindahan Sungai Semeluang dan danau atau lubuk di atasnya, yaitu Lubuk Lemuong Pantak.

Sesuai dengan namanya, Gunung Lumut merupakan surga lumut dunia. Hampir semua kawasan, baik pepohonan maupun daratan, tertutup dengan berbagai jenis lumut. Gunung ini memiliki tujuh puncak dan menjadi ekologi yang penting di Kalimantan Tengah. Hutan lindung Lampeong-Gunung Lumut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan flora dan fauna endemis Kalimantan, serta memiliki keunikan ekosistem. Flora didominasi famili depterocarpaceae (dipterocarpus sp dan shorea sp), tumbuhan bawah rhododendron sp, nephenthes sp dan phyllocladus sp, eurycoma langifolia dan Ixora sp, juga ditemukan sekitar 51 jenis anggrek.

Di lokasi ini juga sering diadakan kegiatan Ritual Gomek yang dibawakan Juru Ritual Wara dalam rangkaian mengantarkan arwah yang sudah meninggal dunia

Sedangkan untuk fauna, terdapat 75 spesies burung, antara lain rangkong badak (buceros rhinoceros), sikatan Kalimantan (cyiomis superbus), dan puyung gonggong (aborophila hyperytha). Hutan ini juga menjadi rumah bagi 15 mamalia, seperti babi jenggot (sus barbatus), owa (hylobates mulleri), dan macan dahan (neofelis nebulosa). Sementara itu, terdapat 44 jenis ikan penghuni danau antara lain sapan (tor tambroides), lomi (tordouronensis), salap (barbode scollingwoodii), dan tapah (wallago leeri). Kawasan Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut juga dikenal sebagai penyangga sistem hidrologi bagi 27 desa di bagian hilir di tepian Daerah Aliran Sungai (DAS) Teweh, 16 desa di tepian DAS Montallat, dan puluhan desa di tepian DAS Ayoh Kabupaten Barito Selatan.

Tempat ini juga memiliki nilai sejarah dan budaya kearifan lokal sebagai hutan yang sakral bagi umat Hindu Kaharingan, yakni sebagai tempat para roh bersemayam. Masyarakat di sekitar kawasan Gunung Lumut percaya bahwa gunung tersebut merupakan tempat bersemayamnya roh-roh leluhur dan mereka yang telah meninggal dunia. Di lokasi ini juga sering diadakan kegiatan Ritual Gomek yang dibawakan Juru Ritual Wara dalam rangkaian mengantarkan arwah yang sudah meninggal dunia. Perjalanan menuju Hutan Lindung-

Gunung Lumut memakan waktu sekitar 8 jam, dengan jalur darat dan sungai.
Pemerintah Kabupaten Barito Utara sangat konsisten dalam memperjuangkan perubahan status kawasan Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut agar bisa menjadi Taman Nasional Cagar Biosfer. Harapannya. perlindungan dan pelestarian dalam rangka keberlangsungan lingkungan terhadap ABC (Abiotic Biotic Culture), yaitu flora, fauna, dan budaya sakral (kearifan lokal), da pat dioptimalkan.

"Bila perubahan status Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut terwujud. akan menjadi kado istimewa bagi Kabupaten Barito Utara yang merayakan hari jadi ke-66 tahun, 29 Juni lalu. Saya mengajak para wisatawan dan pencinta alam untuk berkunjung ke Barito Utara, khususnya ke kawasan Hutan Lindung Lampeong-Gunung Lumut," kata H. Nadalsyah, Bupati Barito Utara.